Skip to main content
Categories
Gaya HidupInspirasiMedia Sosial

Galau Kena Dikadalin sama Mantan

Della Anna

Pernah gak mengalami kondisi seperti ini; tiba-tiba cari lipstik baru dan kalau bisa wangi baunya. Tiba-tiba saja ketiak kena poles deodorant, atau tiba-tiba saja mau ikutan grup senam. Eh, belum lagi tiba-tiba tumpukan pakaian dalam lemari itu terlihat usang semua.

Nah, satu hal yang paling dramatis adalah tiba-tiba saja telepon menjadi benda yang sangat penting. Kemana pergi selalu ikut, sampai ke wc pun dibawa.

Dan, dan satu lagi. Tiba-tiba saja jadi jago ngeles kalau ada pertanyaan dari orang rumah.

“Tadi malam itu sms atau WA sih, kok ting-ting trus bunyinya, bikin orang gak bisa tidur?’”

Ternyata, acara reunian sekolah menjadi penyebab drama kisah masa lalu kena colek terbuka kembali.

Masih untung kalau sandiwara ini bisa cepat berlalu dengan aman. Banyak yang akhirnya menjelma menjada tragedi memilukan yang kisahnya persis kisah horor dalam film, pembantaian atau bunuh diri.

Kita sebagai manusia memang sudah dari sejarahnya kena “kutuk,” yaitu mudah tergoda.

Keselamatan kerukunan rumah tangga menjadi terganggu, hubungan pasutri seakan terhempas ke sana ke mari bagai gelombang amuk air di lautan. Pihak yang paling dirugikan dan menjadi korban pertama tragedi rumah tangga ini adalah, anak.

Anak, tiba-tiba saja menjadi sasaran amukan kemarahan dan tempat empuk seluruh kesalahan. Prihatin!

Hanya minim persentasi kalau anak menjadi topik yang sangat penting untuk dipertimbangan bila tragedi rumah tangga terkena prahara, minim sekali. Hal yang utama diselamatkan adalah bagaimana pasutri membela ego-ego mereka, membela emosi mereka.

Lalu, kita ini harus gimana menghindari bahaya perasaan masa lalu kembali bersemi?

Kita kan butuh sosial kontak. Bertemu kembali dengan teman satu sekolah yang dulu mungkin musuh kita karena sesuatu sebab yang tak jelas, atau mantan pacar ketika masa sekolah. Kan boleh.

Tentu saja kita boleh  memelihara kontak sosial ini. Sebab hanya inilah manusia bisa mengingat masa lalu mereka secara real. Hanya saja, kita harus konsekwen dengan diri kita sendiri untuk tetap menghormati kesepakatan yang telah kita buat dengan sadar.

Kita memang akan bergumul dengan perasaan yang fatamorgana. Oleh karena apa yang kita alami sejenak dalam situasi sesaat, tidaklah sejalan dengan kenyataan hidup kita yang sebenarnya. Kita ini seorang istri, atau suami. Atau kita ini janda ditinggal mati atau hidup. Kita ini orang tua dari anak-anak kita.

Kita dihadapkan dengan kenyataan hidup milik orang lain yang dulu adalah teman kita. Inilah yang harus kita perhitungkan, juga diri kita sendiri. Kita lupa, atau kita sengaja melupakan, maka kita harus konsekwen untuk menghadapi resikonya dengan kepala dingin dan pikiran yang bijaksana.

Sebab itu, tips saya untuk anda para pembaca yang rindu menghadiri acara reunian, be yourself. Tak perlu kita tiba-tiba iba dengan emosi masa lalu. Kita memang manusia yang lemah, tetapi kita bisa berusaha untuk kuat.

So, jangan galau dengan isi WA yang berlembar-lembar. Saatnya kita harus berani menulis paragraf terakhir dalam lembar kehidupan kita masa kini, bahwa kita menghargai kehidupan orang lain yang teman kita dulu. Bahwa kita ingin menjadi pahlawan keluarga kita, apapun bentuknya. Gimana, masih percaya dengan rayuan kadal ala mantan di WA?

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends