Siswa Indonesia Boyong 3 Emas pada Olimpiade Sains Bumi Internasional
- Post AuthorBy Peran Perempuan
- Post DateMon Aug 20 2018
Bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia, lima siswa Indonesia berhasil memboyong tiga medali emas, dua perak, dan tiga perunggu dalam kompetisi 12nd International Earth Science Olympiad (IESO) yang berlangsung di Mahidol Kanchanaburi, Thailand, pada 8 – 17 Agustus 2018.
“Indonesia masuk pada peringkat ketiga dunia dalam ajang olimpiade internasional yang diikuti oleh 39 negara tersebut. Ini luar biasa hadiah yang diberikan para siswa kita tersebut di Hari Ulang Tahun ke-73 Kemerdekaan negara kita, dan mengharumkan nama bangsa Indonesia di forum internasional. Kami bangga anak-anak kita pulang mendapatkan medali dan mayoritas mendapatkan emas,” demikian disampaikan Kepala Sub Direktorat Peserta Didik, Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud, Suharlan, saat menyambut kepulangan para siswa peraih medali tersebut di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (82/08/2018).
Dua siswa peraih medali emas pada kategori individu diraih oleh Naufal Dean Anugrah (SMAN 1 Yogyakarta) dan Geoffrey Tyndall (SMAN 2 Jakarta). Sedangkan satu medali perak diraih oleh Abraham Karel (SMAN 8 Jakarta) dan satu medali perunggu diraih oleh satu-satunya olimpiad putri, Lintang Ambar Pramesti (SMA Kesatuan Bangsa Yogyayakarta). Tidak hanya itu, Indonesia juga dibuat bangga dengan raihan penghargaan kategori lomba berkelompok ESP dan ITFI. Dari kompetisi ESP, siswa Indonesia meraih medali emas atas nama Abraham dan medali perunggu atas nama Lintang. Sedangkan dari kategori ITFI, siswa Indonesia raih medali perak atas nama Naufal dan perunggu atas nama Geoffrey.
Para siswa yang sebelumnya menjuarai Olimpiade Sains Nasional tersebut, kata Suharlan, terpilih melalui jalan yang tidak mudah, karena harus melewati empat tahapan pembinaan yang dilaksanakan di Yogyakarta dan Bandung selama 3 bulan di akhir tahun 2017 hingga sebelum keberangkatan di tahun 2018. “Dari beberapa siswa yang mengikuti pembekalan yang dilaksanakan oleh Direktorat PSMA, terpilih lima yang berangkat mewakili Indonesia untuk mengikut olimpiade Internasional,” jelas Suharlan.
Pada kesempatan ini, dua siswa peraih medali emas Naufal Dean Anugrah dan Geoffrey Tyndall membagi ceritanya selama mengikuti ajang olimpiade internasional bergengsi tersebut. Naufal siswa dari SMAN 1 Yogyakarta mengemukakan kebahagiaanya saat berkumpul dengan para siswa dari 39 negara. “Saat sampai di sana seru banget saya bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara. Saat pembukaan acara pun kami disambut oleh salah satu Putri dari Kerajaan Thailand,” cerita Naufal.
“Persiapan dari Indonesia sendiri melalui pembinaan yang dilakukan Direktorat PSMA sudah sangat bagus. Kita mulai dari kabupaten kemudian seleksi tingkat provinsi, terus ikut OSN tingkat nasional di Riau. Kemudian ikut pelatihan nasional sebanyak empat kali,” jelas Naufal yang memiliki kegemaran bermain video game dan membaca buku.
“Jangan pernah ragu dan terus berusaha. Awal mau mengikuti olimpiade ini juga saya ada kendala karena mau cari universitas, dan saya sempat berpikir mau mundur dari kejuaraan ini, akhirnya saya putuskan untuk tetap maju dan tetap semangat. Alhamdulillah dapat juara,” ungkapnya.
Selanjutnya, Geoffrey Tyndall dari SMAN 2 Jakarta pun mengungkapkan rasa senangnya bisa bertemu dengan para siswa dari 39 Negara peserta IESO. “Saya senang sekali memiliki teman-teman baru dari 39 negara. Saya bisa merasakan atmosfer kompetisi dengan negara-negara yang memiliki keunggulan serupa dengan Indonesia di bidang kebumian,” ujarnya.
“Apa yang sedang kita lakukan apapun hasilnya kita harus mempersembahkan yang terbaik, sekecil apapun peluangnya. Saya pun memulai dari bawah mengikuti kompetisi di tingkat kota, kemudian provinsi, dan nasional. Dengan kita tetap tenang dan fokus akhirnya berhasil ikut pada ajang internasional dan mendapatkan juara,” pesan Geoffrey yang gemar membaca dan berenang untuk para siswa Indonesia.
IESO adalah ajang kompetisi siswa pra-perguruan tinggi (sekolah menengah) bidang ilmu kebumian yang meliputi pengetahuan mengenai geosfer (geologi dan geofisika), hidrosfer (hidrologi dan oseanografi), atmosfer (meteorologi dan klimatologi) dan astronomi. Kegiatan ini dipayungi oleh International Geoscience Education Organization (IGEO), merupakan suatu organisasi internasional dengan anggota para pendidik/organisasi/institusi pendidikan ilmu kebumian di seluruh dunia baik untuk tingkat pra-perguruan tinggi maupun perguruan tinggi.
Keberangkatan tim IESO didampingi oleh tim pembina Drs. Zadrach L. Dupe, MSc. (Prodi Meteorologi ITB), Dr. Ichsan Ibrahim (STMIK Indonesia Mandiri), Dr. Akmaluddin (Departemen Teknik Geologi UGM), dan perwakilan Kemdikbud Mulkirom, S.Pd. Zadrach L. Dupe menjelaskan, uji kemampuan siswa pada kompetisi ini berupa tes tertulis dan tes praktek di lapangan. Selain itu terdapat juga kompetisi berkelompok yang menjadi ciri dari IESO yang disebut ITFI (International Team Field Investigation) dan ESP (Earth Science Project).
ITFI merupakan kerja sama lintas negara untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan ilmu kebumian. Dalam kompetisi ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota yang terdiri atas siswa dari berbagai negara yang kemudian harus melaksanakan tugas berupa investigasi lapangan.
Sedangkan pada kompetisi ESP, setiap kelompok membuat riset mengenai satu masalah dan mengajukan solusi yang berkesinambungan dalam bentuk presentasi poster yang kemudian dipamerkan dan dinilai oleh para juri. Tim USA menjadi juara umum IESO 2018 dengan perolehan empat medali emas.
Mengikuti rekam jejak para pelajar Indonesia sejak awal keiikutsertaannya dalam kancah olimpiade sains internasional, Suharlan mengatakan, prestasi anak bangsa semakin meningkat dan membuktikan bahwa Indonesia mampu berbicara ditingkat dunia dalam bidang sains. Ini adalah prestasi terbaik yang pernah diraih tim IESO sejak keikutsertaannya pertama kali pada tahun 2007 di Korea Selatan. Prestasi yang terus bermunculan disepanjang kompetisi sains ini menjadi titik tolak lahirnya kemajuan bangsa dari tangan pemuda.
“Ini bukan semata kebanggaan meraih medali atau berhasil mengalahkan lawan, tetapi menjadi wadah penyatu segala perbedaan dan pijakan dalam meraih prestasi gemilang bersama-sama. Inilah yang kita namakan forum diplomasi kebudayaan, mengharumkan dan mengangkat derajat bangsa Indonesia,” pungkas Suharlan.
Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)