Skip to main content
Categories
BeritaHeadlineHer StoryLokalUneg-uneg

Surat Terbuka ke-2 untuk Gubernur Anies Baswedan

Rina ‘Na’ Kwartiana

Bapak Gubernur Anies Baswedan yang terhormat.

Ini adalah surat terbuka ke-2 saya untuk anda (jika anda belum membaca surat terbuka saya yang pertama, silahkan baca surat itu di sini.

Selanjutnya saya ucapkan selamat, karena Anda sudah membuat repot dan susah bukan hanya warga Jakarta, tapi juga warga sekelilingnya Detabek atau mungkin aja Bodetabek, dengan antrian yang mengular di setiap halte busway dan MRT yang ada di Jakarta dan sekitarnya, seperti foto saya yang pertama.

Foto 1

Kemaren sore sebelum hujan lebat melanda Jakarta, saya dengar dan membaca berita kalo pak Presiden seperti marah dan mengkoreksi kebijakan pembatasan sarana transportasi yang Anda buat dengan mengorbankan orang banyak loh pak, kan seharusnya justru diperbanyak. (Foto ke-2)

Foto 2.

Anda tuh sebenernya tau nggak sih pak, bahwa kebijakan Anda membatasi dan memangkas 94% armada busway (Transjakarta, red.) menjadi 6% itu justru membuat penyebaran virus semakin massif? Anda pengen apa yang Anda bilang seperti foto ke-3 itu kejadian? Nggak kan…?

Foto 3.

Nggak usah deh sebut virus corna, virus batuk pilek dan gangguan saluran pernafasan aja gampangnya. Atau anda terlalu naif untuk memikirkan efek domino yang terjadi? Entahlah….

Pak, temen saya kemaren bilang, “Nggak usah dah ketularan virus dari luar, kalo cara ngantri busway berdesak-desakan kayak gini mah, udah pasti ketularan dari dalem.” Tau sendiri kan warga +62, nggak ada tuh kata perempuan duluan atau bahasa kerennya Ladies First, pokoknya siapa cepat dia dapat.

Sore Jakarta diguyur hujan lebat, nggak ada yang bisa saya lakuin selain berdoa untuk teman-teman saya yang sedang berjuang untuk dapat pulang ke rumahnya masing-masing dengan mengantri busway dan MRT yang antriannya mengular bersama puluhan, ratusan atau bahkan ribuan orang lainnya seperti foto ke-4.

Foto 4.

Kalo saya sih secara awam, mikirnya anda tuh seperti bocah nakal yang nggak bisa dibilangin dengan omongan, kudunya disentil atau di jewer baru berhenti nakalnya. Setelah dikritik pak Presiden, anda baru merevisi kebijakan anda (foto ke-5 dan 6). Anda tuh seolah-olah ‘Senang liat orang lain susah dan susah liat orang lain senang’.

Foto 5.
Foto 6.

Bapak tau nggak? Nyaris tengah malem, temen saya WA saya, dia bilang kalo dia baru sampe rumah karena berjuang melawan kemacetan yang terjadi. Seharusnya temen saya itu nggak perlu capek-capek nyupir kalo armada buswaynya banyak seperti biasanya. Saya kok jadi keingetan jaman tahun 90-an sampai sekitar tahun 2005-an ya, yang harus rebutan untuk bisa naik metro mini, kopaja, PPD atau Mayasari Bakti, blom lagi macetnya yang luar biasa seperti semalem (foto ke-7).

Foto 7.

Dan yang perlu diingat adalah, anda jangan berusaha me-lockdown Jakarta Pak, udah cukup meliburkan anak sekolah, mengundur kegiatan ujian sekolah dan Ujian Nasional, karena lockdown itu kewenangan pemerintah pusat, bukan kewenangan gubernur. Anda belum cukup siap untuk melakukan itu, nanti siapa yang mau kasih makan mereka yang tinggal di wilayah kumuh, yang kerjaannya cuma mulung, ngamen, jual gorengan atau makanan kecil lainnya atau juga ngojek? Nggak semua orang Jakarta memiliki kemampuan buat menimbun sembako loh pak. Jadi pikirin lagi matang-matang deh, jangan asal bikin kebijakan. Yang penting mah, semprot semua sekolahan, semua sarana publik (halte, halte busway, stasiun kereta, MRT dan LRT termasuk busway, kereta, MRT dan LRT-nya) dengan cairan desinfektan biar bersih. (foto ke 8)

Foto 8.

Semoga 2 surat terbuka saya ini sampe ke Anda pak. Capek saya liat blunder yang sering anda buat dengan mengorbankan orang banyak, Pak.

• RINA •
Seseorang yang doyan makan tapi suka masak, suka baca dan sedang belajar jadi penulis.

Web kolaboratif, konten adalah tanggung jawab penulis (Redaksi)

Subscribe our newsletter?

Join Newsletter atau Hubungi Kami: [email protected]

Inspirasi
BelanjaKarirKecantikanKehidupanKeluargaIndeks
Let's be friends